Halaman

Rabu, 08 Desember 2021

Kraton Jogja - Gunungan era HB ke-VIII

Gunungan Kraton Jogja: Simbol Budaya dan Spiritual di Yogyakarta

(KrisAmbar).Yogyakarta, salah satu kota di Indonesia yang kaya akan budaya dan sejarah, memiliki banyak simbol yang mencerminkan nilai-nilai lokal. Salah satu simbol yang sangat signifikan adalah Gunungan Kraton Jogja. Gunungan tidak hanya menjadi bagian dari arsitektur Kraton Yogyakarta, tetapi juga memegang peranan penting dalam berbagai upacara dan tradisi masyarakat.

 

Pengertian Gunungan

Gunungan adalah bentuk simbolis yang biasanya berupa struktur berbentuk gunung atau piramida. Dalam konteks Kraton Yogyakarta, gunungan ini memiliki makna spiritual yang dalam. Secara harfiah, "gunungan" berasal dari kata "gunung" yang melambangkan hubungan antara dunia manusia dan dunia spiritual. Di dalam tradisi Jawa, gunungan dianggap sebagai tempat berkumpulnya berbagai kekuatan alam dan roh.

Sejarah Gunungan Kraton Jogja

Gunungan telah ada sejak zaman kerajaan di Jawa, terutama di lingkungan Kraton. Di Yogyakarta, gunungan memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan Sultan dan tradisi kesultanan. Gunungan pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Hamengku Buwono I, dan hingga kini terus dilestarikan oleh generasi penerusnya.

Setiap tahun, gunungan diarak dalam berbagai upacara adat, seperti Grebeg. Upacara ini merupakan salah satu perayaan besar di Kraton yang menandai momentum penting, baik dalam kalender Islam maupun tradisi Jawa. Gunungan yang diarak biasanya terdiri dari dua jenis: gunungan dhapur (gunungan berbentuk makanan) dan gunungan panggung (gunungan berbentuk kayu).

Makna Spiritual dan Simbolik

Gunungan kraton tidak hanya sekadar hiasan, tetapi juga mengandung makna mendalam. Dalam konteks spiritual, gunungan melambangkan pencarian keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan spiritual. Masyarakat percaya bahwa gunungan merupakan tempat berkumpulnya roh leluhur dan kekuatan alam, sehingga saat gunungan diarak, masyarakat akan meminta berkah dan perlindungan.

Setiap elemen dalam gunungan memiliki makna tersendiri. Misalnya, terdapat berbagai macam hasil pertanian yang disusun dalam gunungan, yang mencerminkan keberlimpahan dan kesuburan tanah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pertanian dalam kehidupan masyarakat Jawa, serta rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.

Upacara Grebeg dan Tradisi Masyarakat

Salah satu momen penting yang melibatkan gunungan adalah upacara Grebeg. Upacara ini diadakan tiga kali dalam setahun dan biasanya bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Idul Adha. Dalam upacara ini, gunungan diarak dari Kraton menuju masyarakat, di mana masyarakat berbondong-bondong untuk menyambut dan berebut bagian dari gunungan sebagai simbol berkah.

Grebeg menjadi momen bagi masyarakat untuk merayakan kebersamaan dan tradisi. Di saat yang sama, gunungan juga menjadi sarana untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga alam dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan.

Bentuk dan Elemen dalam Gunungan

Gunungan biasanya dibuat dari bahan alami, seperti daun, sayuran, dan buah-buahan. Elemen-elemen ini tidak sembarangan, tetapi diambil dari hasil bumi yang melambangkan keberagaman dan kesejahteraan. Bentuk gunungan yang menyerupai gunung atau piramida mencerminkan hierarki kehidupan, di mana puncak gunungan melambangkan tempat tertinggi, yaitu Tuhan.

Pembuatan gunungan melibatkan banyak pihak, termasuk seniman dan masyarakat. Proses pembuatan ini sendiri merupakan bentuk kolaborasi yang memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Setiap orang memiliki peran penting dalam menciptakan gunungan yang indah dan sarat makna.

Gunungan dalam Konteks Modern

Di era modern ini, meskipun banyak tradisi yang terancam punah, gunungan tetap dipertahankan sebagai bagian dari identitas budaya Yogyakarta. Banyak wisatawan yang datang ke Yogyakarta tidak hanya untuk menikmati keindahan alam dan sejarah, tetapi juga untuk menyaksikan upacara tradisional seperti Grebeg.

Keterlibatan generasi muda dalam pelestarian budaya ini sangat penting. Banyak anak muda yang aktif dalam berbagai kegiatan seni dan budaya, termasuk pembuatan dan pengarakkan gunungan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya dan tradisi tidak hanya diwariskan, tetapi juga dihidupkan dan diteruskan oleh generasi baru.

Penutup

Gunungan Kraton Jogja adalah lebih dari sekadar simbol; ia adalah penghubung antara manusia dengan dunia spiritual, antara tradisi dan modernitas. Melalui gunungan, masyarakat Yogyakarta mengingatkan diri mereka akan pentingnya keberagaman, keseimbangan, dan rasa syukur. Dalam setiap upacara yang melibatkan gunungan, ada harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan menjaga dan melestarikan gunungan, masyarakat Yogyakarta tidak hanya melestarikan budaya mereka, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang penghargaan terhadap alam dan nilai-nilai spiritual. Gunungan Kraton Jogja akan terus menjadi simbol penting dalam kehidupan masyarakat, menjaga ikatan antara masa lalu, kini, dan masa depan.